Minggu, 12 Juli 2015

islam agamaku

Arnadi Muh, [02.07.15 12:45]
Inikan juga dari ini, kok beda?
يهودى استقبل رجل مسلم في بيته فأحضر له العنب فأكله ثم أحضر له النبيذ/خمرا
Seorang yahudi menyambut seorang muslim yang bertamu di rumahnya. Ia hidangkan anggur, tamupun memakannya, kemudian ia hidangkan nabidz/tuak anggur
فقال المسلم ..: هذا محرم علينا
Muslim berkata,"Ini haram bagi kami,"
فقال اليهودى : عجباً لكم أيها المسلمون تحلّون هذا و تحرّمون هذا ..
مع ان هذا من هذا !!..
Yahudi nyeletuk," Anehnya kalian ini wahai orang islam, kalian halalkan ini dan haramkan ini. Padahal ini asalnya juga dari ini."
فقال المسلم : ألك زوجة ؟
Muslim bertanya," Kamu punya istri?"
فقال اليهودى: نعم ..
Yahudi menjawab, " Ya!"
فقال المسلم : ائتني بها .. فأحضرها
Muslim nyambung,"Panggilkan ia!" kemudian iapun datang
ثم قال له : ألك ابنة؟
"Punya putri?"
ققال اليهودى : نعم
"Iya."
فقال المسلم : ائتني بها .. فأحضرها
"Panggillah ia!" si putripun datang
فقال المسلم : أما ترى أن الله أحلّ لك هذه و حرّم عليك هذه .
مع أن هذه من هذه !!
Muslim berkata," Tidakkah engkau perhatikan, Allah menghalalkan ini(istri) dan mengharamkan ini(putri), padahal yang ini berasal dari ini?!"
فقال اليهودى : أشهد أن لا إله إلا الله و أن محمداً رسول الله.
Yahudi langsung mengucap Syahadat,"
أشهد أن لا إله إلا الله و أن محمداً رسول الله.
Copas: Abu Zubair Ihsanul Faruq

Arnadi Muh, [02.07.15 12:46]
Batu Akik, Haramkah?
Feb 24, 2015 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

Bagaimana hukum memakai cincin batu akik? Apakah boleh ataukah haram dan dihukumi syirik?
Asal Pakai Cincin itu Boleh

Hal ini berdasarkan riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كَتَبَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – كِتَابًا – أَوْ أَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ – فَقِيلَ لَهُ إِنَّهُمْ لاَ يَقْرَءُونَ كِتَابًا إِلاَّ مَخْتُومًا . فَاتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ نَقْشُهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ . كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى بَيَاضِهِ فِى يَدِهِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menulis atau ingin menulis. Ada yang mengatakan padanya, mereka tidak membaca kitab kecuali dicap. Kemudian beliau mengambil cincin dari perak yang terukir nama ‘Muhammad Rasulullah’. Seakan-akan saya melihat putihnya tangan beliau.” (HR. Bukhari no. 65 dan Muslim no. 2092)
Baca selengkapnya: Cincin Perak Bagi Pria.
Keyakinan pada Batu Akik

Kalau batu akik dipakai sebagai hiasan di jari saja tak jadi masalah besar. Yang jadi masalah adalah jika diyakini sebagai batu akik tersebut sebagai penglaris, pengasihan, pelindung diri, pencegah penyakit, dan keyakinan lainnya yang tak terbukti ilmiahnya.
Berdasarkan keterangan dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Fathu Dzil Jalali wal Ikram (15: 217), ada tiga sebab yaitu bisa jadi terbukti secara syar’i (ada dalil), bisa jadi terbukti secara eksperimen, yang ketiga itu tidak terbukti secara syar’i dan eksperimen. Itu sebab jenis ketiga ini termasuk kesyirikan menurut beliau.
Jika ada yang memakai batu cincin akik lebih dari sekedar dipakai, yaitu punya keyakinan tambahan seperti batu akik dianggap sebagai penglaris dagangan, sebagaian pengasihan, diyakini sebagai pencegah dan penyembuh penyakit tanpa ada bukti ilmiah, berarti termasuk dalam kesyirikan.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku”. Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri.” (QS. Az Zumar: 38)
Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah –penulis Fathul Majid– berkata, “Ayat ini dan semisalnya adalah dalil yang menunjukkan tidak bolehnya menggantungkan hati kepada selain Allah ketika ingin meraih manfaat atau menolak bahaya. Ketergantungan hati kepada selain Allah dalam hal itu termasuk kesyirikan.“ (Fathul Majid, 127-128). Sama halnya ketergantungan hati (tawakkal) hati pada benda seperti batu akik.
Dari ‘Imron bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَبْصَرَ عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً أُرَاهُ قَالَ مِنْ صُفْرٍ فَقَالَ « وَيْحَكَ مَا هَذِهِ ». قَالَ مِنَ الْوَاهِنَةِ قَالَ « أَمَا إِنَّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاَّ وَهْناً انْبِذْهَا عَنْكَ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِىَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَداً
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melihat di lengan seorang pria terdapat gelang yang dinampakkan padanya. Pria tersebut berkata bahwa gelang itu terbuat dari kuningan. Lalu beliau berkata, “Untuk apa engkau memakainya?” Pria tadi menjawab, “(Ini dipasang untuk mencegah dari) wahinah (penyakit yang ada di lengan atas).” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Gelang tadi malah membuatmu semakin lemah. Buanglah! Seandainya engkau mati dalam keadaan masih mengenakan gelang tersebut, engkau tidak akan beruntung selamanya.” (HR. Ahmad 4: 445 dan Ibnu Majah no. 3531)[1].
Dalam Tafsir Ibnu Abi Hatim (43: 179), dari Hudzaifah, di mana ia pern

Arnadi Muh, [02.07.15 12:46]
ah melihat seseorang memakai benang untuk mencegah demam, kemudian ia memotongnya. Lantas Hudzaifah membacakan firman Allah Ta’ala,
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf: 106)
Begitu pula Waki’ pernah meriwayatkan dari Hudzaifah. Beliau pernah mengunjungi orang sakit. Lantas beliau melihat-lihat di lengan atas orang sakit tersebut dan mendapati benang. Hudzaifah pun bertanya, “Apa ini?” “Ini adalah sesuatu yang bisa menjagaku dari rasa sakit tersebut”, jawab orang sakit tadi. Lantas Hudzaifah pun memotong benang tadi. Lantas Hudzaifah berkata, “Seandainya engkau mati dalam keadaan engkau masih mengenakan benang ini, aku tidak akan menyolatkanmu” (Fathul Majid, 132).
Lihatlah bagaimana sikap keras para sahabat bagi orang yang mengenakan jimat untuk melindungi dirinya dari sakit, dalam rangka meraih maslahat. Jimat tersebut sampai dipotong, walau tidak diizinkan. Dalam penjelesan di atas menunjukkan bahwa seseorang bisa berdalil dengan ayat yang menjelaskan tentang syirik akbar (besar) untuk maksud menjelaskan syirik ashgor (kecil) karena kedua-duanya sama-sama syirik (Lihat Fathul Majid, 132).
Kesimpulannya, memakai batu akik asalnya boleh selama tidak ada keyakinan syirik di dalamnya. Yang jadi masalah adalah jika diyakini sebagai batu akik tersebut sebagai penglaris, pengasihan, pelindung diri, pencegah penyakit, dan keyakinan lainnya yang tak terbukti ilmiahnya.
Adapun hadits-hadits yang membicarakan keutamaan batu akik, mendatangkan manfaat dan khasiat tertentu, kebaikan demikian dan demikian adalah hadits-hadits yang tidak shahih yang tidak bisa dijadikan argumen.
Wallahu waliyyut taufiq. Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

[1] Al Hakim mengatakan, “Kebanyakan guru kami berpendapat bahwa Hasan Al Bashri mendengar hadits ini langsung dari ‘Imron (Lihat Fathul Majid, 128). Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz termasuk ulama yang menyatakan bahwa sanad hadits ini jayyid, artinya tidak bermasalah (Fatawa Nur ‘ala Darb, 1: 383). Ulama lain mengatakan bahwa Al Hasan Al Bashri tidak mendengar hadits ini langsung dari ‘Imron, sehingga sanad hadits ini inqitho’ (terputus). Inilah pendapat Ibnu Ma’in, Ibnu Abi Hatim dan Ahmad. Oleh karenanya, hadits ini lemah, walaupun maknanya shahih (Lihat Syarh Kitabit Tauhid, 54).
Yang mendho’ifkan hadits ini adalah Syaikh Syu’aib Al Arnauth dalam tahqiq Musnad Imam Ahmad dan Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Adh Dho’ifah no. 1029.

Selesai disusun 1:05 AM di Darush Sholihin, 5 Jumadal Ula 1436 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com

Arnadi Muh, [02.07.15 12:58]
Asaalamualaikum. afwan bapak2 sekalian. saya masukkan group telegram untuk saling sharing ilmu islam agar hidup kita lebih terarah dan dapat beribadah dengan benar sesuai alquran dan hadist yg shahih. tidak membawa nama golongan ormas islam dan khusus ikwan. bila tidak berkenan monggo keluar dari group ini. insyaallah yg kami posting ini dari wa ngaji sunnah yang diasuh oleh ustadz2 yang baik. wassalam.

muhtar gsm, [02.07.15 13:17]
Semoga ada manfaatx...jgn bosan kirim2 utk update iman kita.

muhtar gsm, [02.07.15 13:19]
Kalo infox puuanjang ya bacax kalo senggang.

muhtar gsm, [02.07.15 13:19]
Bisa2 tur kalo sempet....😊

Santobangun, [03.07.15 07:48]
[ File : VID-20150703-WA0000.mp4 ]

Arnadi Muh, [03.07.15 08:43]
BIKIN KEKACAUAN DI MASJID RAYA BOGOR, SYAIKH IDAHRAM DI KECAM MASYARAKAT.

Nahimunkar.com- Ahad 21 Juni 2015 diselenggarakan bedah buku propaganda "BUKAN FITNAH TAPI INILAH FAKTANYA, MEMBONGKAR TRADISI DUSTA WAHABI" di masjid raya bogor pukul 15.45 WIB dengan menghadirkan narasumber Syaikh Idahram (penulis buku "Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi").

Syaikh Idahram yang disebut-sebut sebagai aktivis Syi'ah itu membuat kedustaan atas nama kaum Sunni nusantara yang diwakili Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan Wahdah Islamiyah. Ia mengacaukan persatuan ummat Islam di bogor dalam keheningan bulan suci Ramadhan dengan mengangkat isu sektarian. Tak tanggung-tanggung, semua harokah dan pergerakan Islam di sesatkannya, semisal Salafi, Ikhwanul Muslimin, HTI, Muhammadiyyah, Persis, Dll. Arogansi Syi'ah tercium secara halus dari pemaparannya selama bedah buku.

"Masjid raya bogor kok bisa masuk tukang fitnah begitu sih ? Siapa sih panitianya ? Siapa yang mengundang? Seolah-olah panitia acara tengah kecolongan tidak sadar bahwa yang mereka undang itu adalah aktivis Syi'ah yang sengaja di susupi oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan test of the water terhadap kaum muslimin di bulan suci Ramadhan", ujar Ustadz Abu Husein At-Thuwailibi.

Aktivis Syi'ah yang menyatakan bahwa mazhab ahlus sunnah itu ada lima; yaitu salah satunya mazhab ja'fari ini, kaget dan pucat pasih, karena tanpa di duga, ditengah ia sedang asyik membedah buku propagandanya itu tiba-tiba hadir sejumlah tokoh dan aktivis muslim pembela Sunnah, Ustadz Abu Husein At-Thuwailibi (ketua Forum Nasional Seruan Al-Haq) tiba-tiba masuk bersama KH.Qamaruddin,MA dari DDII dan langsung duduk dibarisan terdepan tepat dihadapan Syaikh Idahram, tak di duga disana juga hadir Ustadz DR.Muhammad Sarbini,MA (Dewan Penasehat HASMI), Ustadz Abu Muhammad Dwiono Koesen Al-Jambi,SE.MM (Dewan pembina Forum Nasional Seruan Al-Haq), KH.Abbas Aula (Ketua DDII kota bogor), KH.Adam Ibrahim (Ketua MUI bogor), dan sejumlah tokoh dari Harakah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami (HASMI), Dewan Dakwah, dll.

"Saya ditelfon oleh Ketua MUI Bogor bidang pengkajian dan aliran sesat, Ustadz Willyuddin Wardani, untuk datang di acara bedah buku Idahram ini", ujar Ust.Abu Husein At-Thuwailibi.

Keadaan mulai memanas, acara yang berlangsung didalam masjid raya kota bogor ini pun berakhir ricuh, fihak panitia membatasi waktu bagi para audience untuk bertanya atau memberikan tanggapan. Seakan-akan waktu sudah mereka setting agar tidak boleh ada yang berbicara. Sejumlah tokoh sepuh dari DDII sudah bergumam dan emosional melihat kedustaan dan kejahatan lisan Idahram yang penuh arogansi sektarian itu memecah belah persatuan jamaah masjid raya kota bogor.

"Ente pendusta, kadzdzab, tidak ilmiah, mesti ada pembanding, harus ilmiah dong, jangan licik, ini bulan ramadhan, jangan buat ricuh", teriak Ustadz Ja'far Aziz dari Dewan Dakwah kota bogor.

"Ustad Abu Husein harus maju, Ustad Abu Husein mau bicara, harus ada pembanding, jangan picik" , teriak Ustadz Ja'far Azis menegaskan.

Ditengah-tengah kondisi mulai memanas saat ketua DDII kota bogor,KH.Abbas Aula di batasi waktu bicaranya, Ust.Abu Husein At-Thuwailibi maju kedepan dan minta izin ke moderator agar diberi waktu 5 menit untuk bicara, namun ia tetap dilarang bicara oleh moderator dengan alasan waktu sudah habis. Saat itu pula Ustadz muda dari Forum Nasional Seruan Al-Haq ini meraih microfon dari tangan seorang panitia dan langsung berbicara dengan lantang dihadapan hadirin,

"Assalamualaikum warahmatullah Wabarakatuh, Hadirin sekalian, ini bulan suci ramadhan, kita tidak boleh membuat fitnah dan adu domba, perkenalkan, saya Abu Husein At-Thuwailibi, dari Forum Nasional Seruan Al-Haq, ingin mengumumkan bahwa Syaikh Idahram ini adalah aktivis pemecah belah, buku-bukunya penuh propaganda, dia menulis buku berjudul "Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi" dengan mencatut nama KH.Arifin Ilham, tapi setelah ditanyakan langsung ke KH.Arifin Ilham, ternyata KH.Arifin Ilham mengaku tidak pernah memberi kata sambutan atau testimoni apapun atas buku busuk ini, bahkan me

Arnadi Muh, [03.07.15 08:43]
mbacanya pun belum pernah. Nah, ini membuktikan bahwa Idahram ini adalah PENDUSTA. dan dusta itu merupakan ciri-ciri Syi'ah. Waspadalah dengan buku ini ....dst" ujar beliau berorasi.

Ditengah beliau sedang berorasi, memaparkan tanggapan terhadap Idahram, hadirin pada berteriak "Allaahu Akbar", seorang hadirin membentak-bentak Idahram dengan nada tinggi, kondisi memanas, panitia acara pada keluar karena ketakutan, mereka berusaha mendinginkan suasana yang semakin ricuh.

"Saya menyayangkan sikap Idahram yang telah membuat kekacauan di bulan suci Ramadhan. Ia membuat propaganda antar umat lintas mazhab, sehingga terjadi pertengkaran didalam masjid, ia memang sudah kelewat batas. Bagi saya ia telah melakukan teror ideologi dan adu domba persatuan ummat islam di bogor", tangkas Da'i muda yang juga menjadi pembina mu'allaf di kota cibubur itu.

Idahram pun tampak ketakutan, belum pernah kejadian ia dikecam oleh masyarakat karena perbuatan teror pemikiran yang ia propagandakan selama ini ditengah ummat, Setelah ia dipecat dan diusir secara tidak hormat dari Jakarta Islamic Centre (JIC).

Sebelum meninggalkan tempat kejadian, Ustadz Abu Husein At-Thuwailibi berupaya menghampiri Idahram untuk berjabat tangan dan meminta maaf kepadanya guna melapangkan dada.

Idahram tampak marah dan tidak memafkan Ustadz Ahat meski telah menarik tangannya untuk bersalaman.

Ustadz Ahat berujar, "ya begitulah akhlaq Syi'ah. enggan memaafkan orang lain, dia akan memafkan kalau yang minta maaf itu orang syiah. Yakni yang satu aliran dengannya. Tapi kalau orang muslim minta maaf tidak dimaafkan olehnya karena dianggapnya kafir. Kalau saya minta maaf itu bukan karena saya menyesal. Tapi karena ini bulan ramadhan, saya minta maaf padanya karena telah membuat ia ketakutan disebabkan tingkahnya sendiri yang memprovokasi ummat islam di masjid raya bogor. Dan saya justru bersyukur dibulan ramadhan ini saya di anugerahi oleh Allah berupa kesempatan untuk menggagalkan provokasi seorang 'teroris ideologi' yang menyusup di tubuh NU. Kita harus menjaga NU dari 'teroris' semacam Idahram".

Silahkan lihat foto-foto kejadian diakun facebook Ustadz Abu Husein At-Thuwailibi berikut ini:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1435434670113559&id=100009411181795&ref=bookmarks

Arnadi Muh, [03.07.15 16:30]
✅Dari Abu Huroiroh, berkata:

"Ketika Khaibar dikalahkan, sup domba beracun disuguhkan pada sang Nabi sebagai hadiah (dari orang2 Yahudi). Nabi memerintah: ”Kumpulkan semua orang Yahudi yang ada di sini berdiri di hadapanku.” Orang2 Yahudi dikumpulkan...
Lalu beliau bersabda:

“Saya hendak bertanya kepadamu tentang satu hal ! Adakah kamu mau memberikan keterangan yang sebenarnya kepada saya!”. Mereka menjawab : “Ya” Nabi bertanya kepada mereka : ”Siapa ayahmu?” mereka itu menjawab :”Si Anu !”

Lalu beliau bersabda :” kamu dusta, akan tetapi ayah kamu si “Anu”. Mereka itu berkata :” Benar Tuan!”

Beliau bertanya:
”Adakah kamu mau menjawab dengan benar kepadaku tentang sesuatu yang saya tanyakan ?” Ya, wahai Abu Qasim! Sekiranya kami berdusta, tuan ketahui dusta kami sebagaimana tuan ketahui tentang ayah kami”.

Lalu beliau bertanya ,”Siapakah yang akan masuk neraka?” Mereka berkata: ”Kami akan berada di neraka untuk jangka waktu sebentar, dan setelah itu kau akan mengganti posisi kami.”

Sang Nabi berkata,”Kalian dikutuk dan dihina di neraka! Demi Allah, kami tidak akan pernah mengganti posisi kalian di neraka.”

Lalu Nabi bertanya,” Maukah kalian menjawab jujur jika aku tanya sesuatu?” Mereka menjawab, “Ya, wahai Abu Al-Qasim.”

Beliau bertanya: ”Apakah kau telah meracuni sup domba ini?” Mereka menjawab: ”Ya.” Tanya beliau:
“Apakah yang mendorong kamu berbuat demikian?” Jawab mereka :” Maksud kami ialah, kalau sekiranya tuan seorang pendusta, kami akan senang. Dan kalau sekiranya tuan seorang Nabi, racun itu tidak akan membahayakan tuan.” (HR. Bukhari 1412)

✅Riwayat Thobari:

Ketika Rasul Allah beristirahat dari pekerjaannya, Zaynab bt. al-Harith, istri dari Sallam b. Mishkam, menyajikan baginya sebuah daging domba bakar. Dia telah bertanya sebelumnya bagian domba manakah yang paling disukai Rasul Allah dan diberitahu bagian kaki depannya. Lalu dia membubuhi bagian itu dengan racun, dan dia juga meracuni bagian lainnya. Setelah itu dia menghidangkan daging itu. Ketika daging itu disajikan di hadapan Rasul Allah, dia mengambil bagian kaki depannya dan mengunyah sebagian kecil, tapi tidak ditelannya. Di sebelah dia terdapat Bishr al-Bara Marur yang seperti Rasul Allah juga mengambil bagian daging itu. Akan tetapi Bishr menelan daging itu ketika sang Rasul Allah memuntahkan daging dan berkata,
“Tulang ini memberitahu diriku bahwa ia diracuni.” Dia bertanya, “Apa yang membuatmu melakukan ini?” Wanita itu menjawab, “Bagaimana kau telah memperlakukan masyarakatku sudah nyata di hadapanmu. Jadi aku berkata, “Jika dia memang benar2 nabi, maka dia akan diberitahu; tapi jika dia seorang raja, maka aku akan dapat menyingkirkannya.”". Sang Nabi mengampuninya.
Bishr mati karena daging yang dimakannya.
Berikut adalah riwayat tentang perang Khaibar, riwayat Wanita Yahudi yang mencoba membubuhkan racun namun nabi Muhammad selamat, dan riwayat tentang wafatnya nabi.

muhtar gsm, [04.07.15 19:07]
Yg lain mana ?

Arnadi Muh, [04.07.15 22:11]
Renungan jumat ;

TERGELINCIR

Numan bin Tsabit atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hanifah, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan anak kecil yg berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu).

Sang imam berkata :
Hati-hati, Nak dengan sepatu kayumu itu Jangan sampai kau tergelincir.

Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah.

Bolehkah saya tahu namamu, Tuan? tanya si bocah.

Nu'man namaku, Jawab sang imam.

Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dhom. (Imam agung) itu..?? Tanya si bocah.

Bukan aku yang memberi gelar itu, Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku.

"Wahai Imam, hati - hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar...!
Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskan mu ke dalam api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.

Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itupun tersungkur menangis.
Imam Abu Hanifah (Hanafi) bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.

Betapa banyak manusia tertipu karena jabatan, tertipu karena kedudukan, tertipu karena gelar, tertipu karena kemaqoman, tertipu karena status sosial...

Jangan sampai kita tergelincir... jadi angkuh dan sombong karena gelar, jabatan, status sosial dan kebesaran di dunia

Sepasang tangan yang menarikmu kala terjatuh lebih harus kau percayai daripada seribu tangan yg menyambutmu kala tiba di puncak kesuksesan.

Hubungilah sahabatmu,
sahabat yg baik adalah lentera di kegelapan,
kadang cahayanya baru terasa ketika dunia gelap.

Ketahuilah...
"TIDAK AKAN MASUK SORGA orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi" b Muslim)

Arnadi Muh, [04.07.15 22:13]
Assalamu'alaikum wr.wb.

Isilah titik-titik di bawah ini. Mohon dijawab dengan
jujur di dalam hati kita masing-masing..

1. Allah menciptakan tertawa dan ...
2. Allah itu mematikan dan ...
3. Allah menciptakan laki-laki dan ...
4. Allah memberikan kekayaan dan ...

Mayoritas kita akan menjawab:

1. Menangis
2. Menghidupkan
3. Perempuan
4. Kemiskinan

Benarkah ??
Untuk mengetahui apakah jawaban di atas itu benar atau tidak, mari kita cocokkan jawaban
tersebut dengan rangkaian firman Allah dalam surat An-Najm ayat 43-45, dan 48, sebagai berikut:

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺃَﺿْﺤَﻚَ ﻭَﺃَﺑْﻜَﻰ

"dan Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan
menangis." (QS. An-Najm : 43).

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺃَﻣَﺎﺕَ ﻭَﺃَﺣْﻴَﺎ

"dan Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan." (QS. An-Najm : 44).

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﺧَﻠَﻖَ ﺍﻟﺰَّﻭْﺟَﻴْﻦِ ﺍﻟﺬَّﻛَﺮَ ﻭَﺍﻟْﺄُﻧﺜَﻰ

"dan Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan. " (QS. An-Najm : 45).

ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻫُﻮَ ﺃَﻏْﻨَﻰ ﻭَﺃَﻗْﻨَﻰ

"dan Dia-lah yang memberikan kekayaan dan kecukupan." (QS. An-Najm : 48).

Ternyata jawaban kita umumnya Benar hanya
pada no. 1-3.

Tapi, Jawaban kita untuk no. 4 umumnya Keliru.
Jawaban Allah Ta'ala dalam Al-Qur'an bukan
Kemiskinan, tapi Kecukupan.

Subhanallah..
Sesungguhnya Allah Ta'ala hanya memberi
Kekayaan dan Kecukupan kepada hamba-Nya.
Dan ternyata yang "menciptakan" Kemiskinan
adalah diri kita sendiri.

Hal ini bisa terjadi karena
ketidakadilan ekonomi, kemalasan, bisa juga
karena kemiskinan itu kita bentuk di dalam pola pikir kita sendiri.

Itulah hakikatnya, mengapa
orang-orang yg senantiasa bersyukur; walaupun hidup pas-pasan ia akan tetap tersenyum dan
merasa cukup, bukan merasa miskin.

Jadi, marilah kita bangun rasa keberlimpahan dan
kecukupan didalam hati dan pikiran kita, agar kita
menjadi hamba-Nya yg selalu Bersyukur.

Semangat cari yg halal, biar berkah.

Wasalamualaikum wr.wb


Arnadi Muh, [04.07.15 22:20]
DIBUTUHKAN MASJID RAMAH ANAK

by Bendri Jaisyurrahman (@ajobendri)

1| Saya ingin berbagi pengalaman kawan sy yg berjuang agar anak2 punya hak utk berada di dalam #‎masjid

2| Sudah bukan menjadi rahasia lagi betapa kadang anak2 kehadirannya tidak begitu diharapkan di dalam #masjid

3| Anak2 dianggap pengganggu kekhusyukan dalam beribadah. Sehingga bahkan ada masjid yg terang2an menulis larangan anak masuk #masjid

4| Bahkan ada orang dewasa yg tak segan2 menghardik & mengancam mrk jika bermain dan bercanda. Masjid pun menjadi tempat menyeramkan #masjid

5| Anak2 pun mncari tmpt alternatif hiburan.Pilihannya playstation & game online.Prmainan mnyenangkan. Pnjaganya pun menyambut ramah #masjid

6| Akhirnya pihak masjid pun susah mencari kader remaja masjid. Banyak remaja yg menolak, sbb waktu kecil sll dimusuhi saat di #masjid

7| Sifat Allah yg Maha Rahman tak muncul dlm perilaku sebagian pengurus masjid yg galak dan suka bentak anak #masjid

8|Anak2 lebih mengenal Allah yg Mahakeras siksanya dibandingkan Maha RahimNya. Sbb mrk banyak dihukum dan dimarahi jika bermain2 di #masjid

9| Pun jika ada anak yg sungguh2 ibadah. Ternyata banyak mereka yg tak layak ada di shaf depan. Padahal mereka datang sejak awal. #masjid

10| Padahal hak ada di shaff depan adalah yg datang duluan, bukan berdasarkan usia #masjid

11| Kadang saat sholat jumat pun, khatib lupa menyapa anak2. Lebih fokus kepada jamaah dewasa. Anak2 dianggap warga kelas dua. #masjid

12| Masjid sbg pusat display agama, seharusnya menjadi tmpt utk mengajarkan hakikat islam sesungguhnya : kasih sayang dan keramahan #masjid

13| Tidak berminatnya remaja saat ini terhadap Islam, sebagian besar krn trauma di masa kecil akan tampilan islam khususnya di #masjid

14| Masjid kalah bersaing dgn mall, warnet dan tempat permainan lain dimana penjaganya ramah dan murah senyum. #masjid

15| Banyak jamaah berebut menjalankan sunah di masjid. Lupa akan sunah yg lain yg diajarkan rasul : memuliakan anak2 #masjid

16| Sungguh indah saat rasul membawa cucunya, umamah dan husain ke masjid. Digembirakan mereka dgn digendong seraya bermain di #masjid

17| Demi memuaskan husain bermain di masjid, Rasul melamakan sujudnya agar ia puas menungganginya seperti kuda. Tak memarahinya. #masjid

18| Sahabat menduga lamanya sujud akibat datangnya wahyu. Mereka salah. Rasul menyengajakannya supaya anak2 puas bermain di #masjid

19| Kisah2 Rasul yg memuliakan anak di masjid mngkn jarang trdengar/sengaja dilupakan sbagian orang. Pdhl mrk mngaku pncinta rasul #masjid

20| Alhamdulillah stlh banyak dialog dgn pengurus masjid yg melarang anak2, akhirnya ada jg yg tercerahkan meski awalnya marah2 #masjid

21| Bahkan ada yg berinisiatif membuat ruang bermain bg anak2 serta menyediakan pampers bagi anak2 #masjid

22| Biarlah anak betah bermain di masjid daripada memilih bermaih di tempat lain yg menjauhkan mereka dr agama. #masjid

23| Jk sudah merasa nyaman di masjid. Barulah buat peraturan. Kpn harus bermain dan kapan harus ibadah. Mereka tentu bisa menerima #masjid

24| Indahnya jk anak2 saat waktu luang, izin ke ortunya untuk pergi ke mesjid. Berlama2 disana. Masjid pun ramai. #masjid

25| Orang dewasa lain yg malas ke masjid pun jadi bergairah melihat masjid yg ramai. Jadilah setiap masyarakat memakmurkan #masjid

26| Jd dr skrng, mari buat masjid sbg tempat yg nyaman, ramah, bersih dan menyenangkan bagi anak2. Kelak mereka yg akan memakmurkan #masjid

27| Mudah2an ada pengurus masjid yg baca tweet ini dan memulai gerakan ajak anak ke #masjid.

Arnadi Muh, [07.07.15 03:49]
TEKNIS I'TIKAF LIKUR AKHIR ROMADHON

👉 Menentukan tempat i'tikaf

I’tikaf hanya disyariatkan dilakukan di masjid. Firman Alloh (QS. Al Baqoroh: 187)

وَلاَ تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ

“Janganlah kalian campuri mereka (istri), sedang kamu beri’tikaf di masjid.

Terdapat perbedaan tentang masjid tempat I’tikaf, namun pendapat yang paling kuat adalah diperbolehkan kaum muslimin I’tikaf di masjid manapun sesuai keumuman ayat di atas, tidak hanya 3 masjidil Harom Makkah, Masjidin Nabawi Madinah dan masjidil Aqsha Al-Quds, meskipun 3 masjid tersebut mempunyai keutamaan.

👉Waktu masuk dan keluar tempat i’tikaf

I'tikaf boleh dilakukan kapan saja siang ataupun malam, sehari, seminggu ataupun sebulan, lama ataupun sebentar.

Maka bila seseorang masuk masjid dan berniat untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, maka ia telah terhitung beri'tikaf hingga keluar dari masjid.

Jika nadzar beri'tikaf pada waktu tertentu, maka dia masuk tempat i'tikafnya sebelum terbenamnya matahari dan keluar setelah terbenamnya matahari pada hari terakhir.

💐Jika meniatkan I’tikaf 10 akhir Romadhon, maka:
✅Waktu masuk tempat i'tikaf : sebelum matahari terbenam malam ke- 21 (HR. Bukhori)
✅Keluar tempat i'tikaf : Hari terkahir Ramadhan setelah matahari terbenam (malam Idul Fitri)

👉Lakukan hal-hal yang dianjurkan saat beri'tikaf

✅Memperbanyak ibadah seperti shalat,dan baca Al-Qur'an.
✅Menjauhkan diri dari ucapan sia-sia seperti berdebat,mencela, memaki dan lain-lain.
✅Berdiam di tempat i'tikaf dalam masjid.

Nafi' berkata: "Abdullah bin Umar menunjukkan kepadaku tempat yang dipakai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beri'tikaf di dalam masjid." (HR. Muslim)

👉Hal-hal yang diperbolehkan dalam i'tikaf

✅Keluar dari tempat i'tikaf untuk suatu keperluan yang mendesak. Seperti, mangantar, melepas kepulangan istri yang menjenguknya
✅Boleh makan, minum, dan tidur di dalam masjid dengan tetap menjaga kebersihan.
✅Berbicara yang dibolehkan dengan orang lain untuk suatu keperluan.
✅Marapikan rambut, memotong kuku, membersihkan badan, mengenakan pakaian bagus dan memakai minyak wangi.

Aisyah berkata: “Ketika Rasulullah sedang i'tikaf di dalam masjid, beliau mengeluarkan kepalanya dari sela-sela kamar kemudian aku mencuci kepalanya." Dalam riwayat lain, "Kemudian aku merapikan rambutnya". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

👉 Perkara yang dimakruhkan bagi yang beri'tikaf

✅Berbicara yang mendatangkan dosa.
✅Diam dan tidak berbicara sama sekali, jika ia menyakininya sebagai ibadah.

👉Hal-hal yang membatalkan I'tikaf

✅Keluar dari masjid dengan sengaja tanpa keperluan
✅Bersetubuh (QS. Al Baqoroh: /2: 187)
✅Gila dan mabuk (Hadits riwayat Abu Dawud)
✅Haidh dan nifas bagi kaum wanita, disebabkan hilangnya syarat suci.
✅Murtad.

👉Memperbanyak do’a saat i’tikaf, yaitu:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Allohumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa, fa’fu ‘anni (Ya Alloh sesungguhnya engkau maha pengampun, menyukai pengampunan, maka ampunilah kami” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah)

Arnadi Muh, [07.07.15 19:25]
6 11765 132
Islam adalah agama yang ilmiah. Setiap amalan, keyakinan, atau ajaran yang disandarkan kepada Islam harus memiliki dasar dari Al Qur’an dan Hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang otentik. Dengan ini, Islam tidak memberi celah kepada orang-orang yang beritikad buruk untuk menyusupkan pemikiran-pemikiran atau ajaran lain ke dalam ajaran Islam.

Karena pentingnya hal ini, tidak heran apabila Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan perkataan yang terkenal:

الإسناد من الدين، ولولا الإسناد؛ لقال من شاء ما شاء

“Sanad adalah bagian dari agama. Jika tidak ada sanad, maka orang akan berkata semaunya.” (Lihat dalam Muqaddimah Shahih Muslim, Juz I, halaman 12)

Dengan adanya sanad, suatu perkataan tentang ajaran Islam dapat ditelusuri asal-muasalnya.

Oleh karena itu, penting sekali bagi umat muslim untuk memilah hadits-hadits, antara yang shahih dan yang dhaif, agar diketahui amalan mana yang seharusnya diamalkan karena memang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam serta amalan mana yang tidak perlu dihiraukan karena tidak pernah diajarkan oleh beliau.

Berkaitan dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, akan kami sampaikan beberapa hadits lemah dan palsu mengenai puasa yang banyak tersebar di masyarakat. Untuk memudahkan pembaca, kami tidak menjelaskan sisi kelemahan hadits, namun hanya akan menyebutkan kesimpulan para pakar hadits yang menelitinya. Pembaca yang ingin menelusuri sisi kelemahan hadits, dapat merujuk pada kitab para ulama yang bersangkutan.

Hadits 1

صوموا تصحوا

“Berpuasalah, kalian akan sehat.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu’aim di Ath Thibbun Nabawi sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), oleh Ath Thabrani di Al Ausath (2/225), oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (3/227).

Hadits ini dhaif (lemah), sebagaimana dikatakan oleh Al Hafidz Al Iraqi di Takhrijul Ihya (3/108), juga Al Albani di Silsilah Adh Dha’ifah (253). Bahkan Ash Shaghani agak berlebihan mengatakan hadits ini maudhu (palsu) dalam Maudhu’at Ash Shaghani (51).

Keterangan: jika memang terdapat penelitian ilmiah dari para ahli medis bahwa puasa itu dapat menyehatkan tubuh, makna dari hadits dhaif ini benar, namun tetap tidak boleh dianggap sebagai sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.

Hadits 2

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ

“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, do’anya dikabulkan, dan amalannya pun akan dilipatgandakan pahalanya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1437).

Hadits ini dhaif, sebagaimana dikatakan Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (1/310). Al Albani juga mendhaifkan hadits ini dalam Silsilah Adh Dha’ifah (4696).

Terdapat juga riwayat yang lain:

الصائم في عبادة و إن كان راقدا على فراشه

“Orang yang berpuasa itu senantiasa dalam ibadah meskipun sedang tidur di atas ranjangnya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Tammam (18/172). Hadits ini juga dhaif, sebagaimana dikatakan oleh Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah (653).

Yang benar, tidur adalah perkara mubah (boleh) dan bukan ritual ibadah. Maka, sebagaimana perkara mubah yang lain, tidur dapat bernilai ibadah jika diniatkan sebagai sarana penunjang ibadah. Misalnya, seseorang tidur karena khawatir tergoda untuk berbuka sebelum waktunya, atau tidur untuk mengistirahatkan tubuh agar kuat dalam beribadah.

Sebaliknya, tidak setiap tidur orang berpuasa itu bernilai ibadah. Sebagai contoh, tidur karena malas, atau tidur karena kekenyangan setelah sahur. Keduanya, tentu tidak bernilai ibadah, bahkan bisa dinilai sebagai tidur yang tercela. Maka, hendaknya seseorang menjadikan bulan ramadhan sebagai kesempatan baik untuk memperbanyak amal kebaikan, bukan bermalas-malasan.

Hadits 3

يا أيها الناس قد أظلكم شهر عظيم ، شهر فيه ليلة خير من ألف شهر ، جعل الله صيامه فريضة ، و قيام ليله تطوعا ، و من تقرب فيه بخصلة من الخير كان كمن أدى فريضة فيما سواه ، و من أدى فريضة كان كمن أدى سبعين فريضة فيما سواه ، و هو شهر الصبر و الصبر ثوابه الجنة ، و شهر المواساة ، و شهر يزاد فيه رزق المؤ

Arnadi Muh, [07.07.15 19:25]
من ، و من فطر فيه صائما كان مغفرة لذنوبه ، و عتق رقبته من النار ، و كان له مثل أجره من غير أن ينتقص من أجره شيء قالوا : يا رسول الله ليس كلنا يجد ما يفطر الصائم ، قال : يعطي الله هذا الثواب من فطر صائما على مذقة لبن ، أو تمرة ، أو شربة من ماء ، و من أشبع صائما سقاه الله من الحوض شربة لايظمأ حتى يدخل الجنة ، و هو شهر أوله رحمة و وسطه مغفرة و آخره عتق من النار ،

“Wahai manusia, bulan yang agung telah mendatangi kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1. 000 bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai ibadah tathawwu’ (sunnah). Barangsiapa pada bulan itu mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan, ia seolah-olah mengerjakan satu ibadah wajib pada bulan yang lain. Barangsiapa mengerjakan satu perbuatan wajib, ia seolah-olah mengerjakan 70 kebaikan di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya adalah surga. Ia (juga) bulan tolong-menolong. Di dalamnya rezki seorang mukmin ditambah. Barangsiapa pada bulan Ramadhan memberikan hidangan berbuka kepada seorang yang berpuasa, dosa-dosanya akan diampuni, diselamatkan dari api neraka dan memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tadi sedikitpun” Kemudian para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kita memiliki makanan untuk diberikan kepada orang yang berpuasa.” Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berkata, “Allah memberikan pahala tersebut kepada orang yang memberikan hidangan berbuka berupa sebutir kurma, atau satu teguk air atau sedikit susu. Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah (1887), oleh Al Mahamili dalam Amaliyyah (293), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (6/512), Al Mundziri dalam Targhib Wat Tarhib (2/115)

Hadits ini didhaifkan oleh para pakar hadits seperti Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (2/115), juga didhaifkan oleh Syaikh Ali Hasan Al Halabi di Sifatu Shaumin Nabiy (110), bahkan dikatakan oleh Abu Hatim Ar Razi dalam Al ‘Ilal (2/50) juga Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (871) bahwa hadits ini Munkar.

Yang benar, di seluruh waktu di bulan Ramadhan terdapat rahmah, seluruhnya terdapat ampunan Allah dan seluruhnya terdapat kesempatan bagi seorang mukmin untuk terbebas dari api neraka, tidak hanya sepertiganya. Salah satu dalil yang menunjukkan hal ini adalah:

من صام رمضان إيمانا واحتسابا ، غفر له ما تقدم من ذنبه

“Orang yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari no.38, Muslim, no.760)

Dalam hadits ini, disebutkan bahwa ampunan Allah tidak dibatasi hanya pada pertengahan Ramadhan saja. Lebih jelas lagi pada hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ، وَمَرَدَةُ الجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

“Pada awal malam bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Pintu surga dibuka, tidak ada satu pintu pun yang ditutup. Kemudian Allah menyeru: ‘wahai penggemar kebaikan, rauplah sebanyak mungkin, wahai penggemar keburukan, tahanlah dirimu’. Allah pun memberikan pembebasan dari neraka bagi hamba-Nya. Dan itu terjadi setiap malam” (HR. Tirmidzi 682, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi)

Adapun mengenai apa yang diyakini oleh sebagian orang, bahwa setiap amalan sunnah kebaikan di bulan Ramadhan diganjar pahala sebagaimana amalan wajib, dan amalan wajib diganjar dengan 70 kali lipat pahala ibadah wajib diluar bulan Ramadhan, keyakinan ini tidaklah benar berdasarkan hadits yang lemah ini. Walaupun keyakinan ini tidak benar, sesungguhnya All

Arnadi Muh, [07.07.15 19:25]
ah ta’ala melipatgandakan pahala amalan kebaikan berlipat ganda banyaknya, terutama ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Hadits 4

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطرت فتقبل مني إنك أنت السميع العليم

“Biasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ketika berbuka membaca doa: Allahumma laka shumtu wa ‘alaa rizqika afthartu fataqabbal minni, innaka antas samii’ul ‘aliim.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Sunan-nya (2358), Adz Dzahabi dalam Al Muhadzab (4/1616), Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (289/1), Ibnul Mulaqqin dalam Badrul Munir (5/710)

Ibnu Hajar Al Asqalani berkata di Al Futuhat Ar Rabbaniyyah (4/341) : “Hadits ini gharib, dan sanadnya lemah sekali”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Asy Syaukani dalam Nailul Authar (4/301), juga oleh Al Albani di Dhaif Al Jami’ (4350). Dan doa dengan lafadz yang semisal, semua berkisar antara hadits lemah dan munkar.

Sedangkan doa berbuka puasa yang tersebar dimasyarakat dengan lafadz:

اللهم لك صمت و بك امنت و على رزقك افطرت برحمتك يا ارحم الراحمين

“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu aku beriman, atas rezeki-Mu aku berbuka, aku memohon Rahmat-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang.”

Hadits ini tidak terdapat di kitab hadits manapun. Atau dengan kata lain, ini adalah hadits palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Al Mulla Ali Al Qaari dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih: “Adapun doa yang tersebar di masyarakat dengan tambahan ‘wabika aamantu’ sama sekali tidak ada asalnya, walau secara makna memang benar.”

Yang benar, doa berbuka puasa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam terdapat dalam hadits:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika berbuka puasa membaca doa:

ذهب الظمأ وابتلت العروق وثبت الأجر إن شاء الله

/Dzahabaz zhamaa-u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insyaa Allah/

(‘Rasa haus telah hilang, kerongkongan telah basah, semoga pahala didapatkan. Insya Allah’)”

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud (2357), Ad Daruquthni (2/401), dan dihasankan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah, 2/232 juga oleh Al Albani di Shahih Sunan Abi Daud.

Hadits 5

من أفطر يوما من رمضان من غير رخصة لم يقضه وإن صام الدهر كله

“Orang yang sengaja tidak berpuasa pada suatu hari di bulan Ramadhan, padahal ia bukan orang yang diberi keringanan, ia tidak akan dapat mengganti puasanya meski berpuasa terus menerus.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari di Al’Ilal Al Kabir (116), oleh Abu Daud di Sunannya (2396), oleh Tirmidzi di Sunan-nya (723), Imam Ahmad di Al Mughni (4/367), Ad Daruquthni di Sunan-nya (2/441, 2/413), dan Al Baihaqi di Sunan-nya (4/228).

Hadits ini didhaifkan oleh Al Bukhari, Imam Ahmad, Ibnu Hazm di Al Muhalla (6/183), Al Baihaqi, Ibnu Abdil Barr dalam At Tamhid (7/173), juga oleh Al Albani di Dhaif At Tirmidzi (723), Dhaif Abi Daud (2396), Dhaif Al Jami’ (5462) dan Silsilah Adh Dha’ifah (4557). Namun, memang sebagian ulama ada yang menshahihkan hadits ini seperti Abu Hatim Ar Razi di Al Ilal (2/17), juga ada yang menghasankan seperti Ibnu Hajar Al Asqalani di Hidayatur Ruwah (2/329) dan Al Haitsami di Majma’ Az Zawaid (3/171). Oleh karena itu, ulama berbeda pendapat mengenai ada-tidaknya qadha bagi orang yang sengaja tidak berpuasa.

Yang benar -wal ‘ilmu ‘indallah- adalah penjelasan Lajnah Daimah Lil Buhuts Wal Ifta (Komisi Fatwa Saudi Arabia), yang menyatakan bahwa “Seseorang yang sengaja tidak berpuasa tanpa udzur syar’i,ia harus bertaubat kepada Allah dan mengganti puasa yang telah ditinggalkannya.” (Periksa: Fatawa Lajnah Daimah no. 16480, 9/191)

Hadits 6

لا تقولوا رمضان فإن رمضان اسم من أسماء الله تعالى ولكن قولوا شهر رمضان

“Jangan menyebut dengan ‘Ramadhan’ karena ia adalah salah satu nama Allah, namun sebutlah dengan ‘Bulan Ramadhan.'”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan-nya (4/201), Adz Dzaahabi dalam Mizanul I’tidal (4/247), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), Ibnu Katsir di Tafsir-nya (1/310).

Ibnul Jauzi dalam Al Maudh

Arnadi Muh, [07.07.15 19:25]
uat (2/545) mengatakan hadits ini palsu. Namun, yang benar adalah sebagaimana yang dikatakan oleh As Suyuthi dalam An Nukat ‘alal Maudhuat (41) bahwa “Hadits ini dhaif, bukan palsu”. Hadits ini juga didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhu’afa (8/313), An Nawawi dalam Al Adzkar (475), oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari (4/135) dan Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (6768).

Yang benar adalah boleh mengatakan ‘Ramadhan’ saja, sebagaimana pendapat jumhur ulama karena banyak hadits yang menyebutkan ‘Ramadhan’ tanpa ‘Syahru (bulan)’.

Hadits 7

أن شهر رمضان متعلق بين السماء والأرض لا يرفع إلا بزكاة الفطر

“Bulan Ramadhan bergantung di antara langit dan bumi. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali zakat fithri.”

Hadits ini disebutkan oleh Al Mundziri di At Targhib Wat Tarhib (2/157). Al Albani mendhaifkan hadits ini dalam Dhaif At Targhib (664), dan Silsilah Ahadits Dhaifah (43).

Yang benar, jika dari hadits ini terdapat orang yang meyakini bahwa puasa Ramadhan tidak diterima jika belum membayar zakat fithri, keyakinan ini salah, karena haditsnya dhaif. Zakat fithri bukanlah syarat sah puasa Ramadhan, namun jika seseorang meninggalkannya ia mendapat dosa tersendiri.

Hadits 8

رجب شهر الله ، وشعبان شهري ، ورمضان شهر أمتي

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ibnu Asakir di Mu’jam Asy Syuyukh (1/186).

Hadits ini didhaifkan oleh di Asy Syaukani di Nailul Authar (4/334), dan Al Albani di Silsilah Adh Dhaifah (4400). Bahkan hadits ini dikatakan hadits palsu oleh banyak ulama seperti Adz Dzahabi di Tartibul Maudhu’at (162, 183), Ash Shaghani dalam Al Maudhu’at (72), Ibnul Qayyim dalam Al Manaarul Munif (76), Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Tabyinul Ujab (20).

Hadits 9

من فطر صائما على طعام وشراب من حلال صلت عليه الملائكة في ساعات شهر رمضان وصلى عليه جبرائيل ليلة القدر

“Barangsiapa memberi hidangan berbuka puasa dengan makanan dan minuman yang halal, para malaikat bershalawat kepadanya selama bulan Ramadhan dan Jibril bershalawat kepadanya di malam lailatul qadar.”

Hadist ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (1/300), Al Baihaqi di Syu’abul Iman (3/1441), Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Adh Dhuafa (3/318), Al Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib (1/152)

Hadits ini didhaifkan oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhuat (2/555), As Sakhawi dalam Maqasidul Hasanah (495), Al Albani dalam Dhaif At Targhib (654)

Yang benar,orang yang memberikan hidangan berbuka puasa akan mendapatkan pahala puasa orang yang diberi hidangan tadi, berdasarkan hadits:

من فطر صائما كان له مثل أجره ، غير أنه لا ينقص من أجر الصائم شيئا

“Siapa saja yang memberikan hidangan berbuka puasa kepada orang lain yang berpuasa, ia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa sedikitpun mengurangi pahalanya.” (HR. At Tirmidzi no 807, ia berkata: “Hasan shahih”)

Hadits 10

رجعنا من الجهاد الأصغر إلى الجهاد الأكبر . قالوا : وما الجهاد الأكبر ؟ قال : جهاد القلب

“Kita telah kembali dari jihad yang kecil menuju jihad yang besar.” Para sahabat bertanya: “Apakah jihad yang besar itu?” Beliau bersabda: “Jihadnya hati melawan hawa nafsu.”

Menurut Al Hafidz Al Iraqi dalam Takhrijul Ihya (2/6) hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Az Zuhd. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Takhrijul Kasyaf (4/114) juga mengatakan hadits ini diriwayatkan oleh An Nasa’i dalam Al Kuna.

Hadits ini adalah hadits palsu. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikhul Islam di Majmu Fatawa (11/197), juga oleh Al Mulla Ali Al Qari dalam Al Asrar Al Marfu’ah (211). Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (2460) mengatakan hadits ini Munkar.

Hadits ini sering dibawakan para khatib dan dikaitkan dengan Ramadhan, yaitu untuk mengatakan bahwa jihad melawan hawa nafsu di bulan Ramadhan lebih utama dari jihad berperang di jalan Allah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Hadits ini tidak ada asalnya. Tidak ada seorang pun ulama hadits yang berangapan seperti ini, baik dari perkataan maupun perbuatan Nabi. Selain itu jihad melawan orang kafir adalah amal yang paling

Arnadi Muh, [07.07.15 19:25]
mulia. Bahkan jihad yang tidak wajib pun merupakan amalan sunnah yang paling dianjurkan.” (Majmu’ Fatawa, 11/197). Artinya, makna dari hadits palsu ini pun tidak benar karena jihad berperang di jalan Allah adalah amalan yang paling mulia. Selain itu, orang yang terjun berperang di jalan Allah tentunya telah berhasil mengalahkan hawa nafsunya untuk meninggalkan dunia dan orang-orang yang ia sayangi.

Hadits 11

قال وائلة : لقيت رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم عيد فقلت : تقبل الله منا ومنك ، قال : نعم تقبل الله منا ومنك

“Wa’ilah berkata, “Aku bertemu dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pada hari Ied, lalu aku berkata: Taqabbalallahu minna wa minka.” Beliau bersabda: “Ya, Taqabbalallahu minna wa minka.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Al Majruhin (2/319), Al Baihaqi dalam Sunan-nya (3/319), Adz Dzahabi dalam Al Muhadzab (3/1246)

Hadits ini didhaifkan oleh Ibnu ‘Adi dalam Al Kamil Fid Dhuafa (7/524), oleh Ibnu Qaisirani dalam Dzakiratul Huffadz (4/1950), oleh Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (5666).

Yang benar, ucapan ‘Taqabbalallahu Minna Wa Minka’ diucapkan sebagian sahabat berdasarkan sebuah riwayat:

كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض : تقبل الله منا ومنك

Artinya:
“Para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya ketika saling berjumpa di hari Ied mereka mengucapkan: Taqabbalallahu Minna Wa Minka (Semoga Allah menerima amal ibadah saya dan amal ibadah Anda)”

Atsar ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al Mughni (3/294), dishahihkan oleh Al Albani dalam Tamamul Minnah (354). Oleh karena itu, boleh mengamalkan ucapan ini, asalkan tidak diyakini sebagai hadits Nabi shallallahu’alaihi wa sallam.

Hadits 12

خمس تفطر الصائم ، وتنقض الوضوء : الكذب ، والغيبة ، والنميمة ، والنظر بالشهوة ، واليمين الفاجرة

“Lima hal yang membatalkan puasa dan membatalkan wudhu: berbohong, ghibah, namimah, melihat lawan jenis dengan syahwat, dan bersumpah palsu.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Al Jauraqani di Al Abathil (1/351), oleh Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (1131)

Hadits ini adalah hadits palsu, sebagaimana dijelaskan Ibnul Jauzi di Al Maudhu’at (1131), Al Albani dalam Silsilah Adh Dhaifah (1708).

Yang benar, lima hal tersebut bukanlah pembatal puasa, namun pembatal pahala puasa. Sebagaimana hadits:

من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل ، فليس لله حاجة أن يدع طعامه وشرابه

“Orang yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, serta mengganggu orang lain, maka Allah tidak butuh terhadap puasanya.” (HR. Bukhari, no.6057)

Demikian, semoga Allah memberi kita taufiq untuk senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam yang sahih. Mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat dan ampunannya kepada kita di bulan mulia ini. Semoga amal-ibadah di bulan suci ini kita berbuah pahala di sisi Rabbuna Jalla Sya’nuhu.

وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

***

Disusun oleh: Yulian Purnama
Muraja’ah: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar

Arnadi Muh, [10.07.15 08:51]
Kita Mengetahui, Tapi Sayang, Kita Tidak Mengamalkan


Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah mengisahkan: "Seorang anak perempuan meninggal karena Thoun, kemudian ayahnya melihatnya di dalam mimpi, maka ayahnya berkata kepadanya: "Wahai anakku kabarkan kepadaku tentang akhirat!"

Anak perempuan itu menjawab: "Kami telah melewati perkara yang sangat besar, dan sesungguhnya kita telah mengetahui, tapi kita tidak mengamalkannya. Demi Allah, sesungguhnya satu ucapan tasbih atau satu rakaat sholat yang tertulis dalam lembaran amalku lebih aku sukai daripada dunia dan seluruh isinya"..

Berkata Ibnul Qayyim: "Anak perempuan itu telah mengatakan perkataan yang dalam maknanya (sesungguhnya kami mengetahui, tapi kita tidak mengamalkan), akan tetapi banyak diantara kita yang tidak memahami maknanya.."

Kita mengetahui, bahwa ucapan سبحان الله وبحمده Subhanallahi wa bihamdihi sebanyak 100 kali akan menghapuskan dosa-dosa kita, walaupun dosa kita sebanyak buih di lautan. Akan tetapi sayang.. Berapa banyak hari kita yang berlalu tanpa kita mengucapkannya sedikitpun..

Kita mengetahui, bahwa pahala dua rakaat Dhuha setara dengan pahala 360 shodaqah, akan tetapi sayang.. Hari berganti hari tanpa kita melakukan sholat Dhuha...

Kita mengetahui, bahwa orang yang berpuasa sunnah karena Allah satu hari saja, akan dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 musim atau 70 tahun perjalanan. Tapi sayang, kita tidak mau menahan lapar..

Kita mengetahui, bahwa siapa yang menjenguk orang sakit akan diikuti oleh 70ribu malaikat yang memintakan ampun untuknya.. Tapi sayang, kita belum juga menjenguk satu orang sakit pun pekan ini..

Kita mengetahui, bahwa siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya sebesar sarang burung, akan dibangunkan sebuah rumah di surga. Tapi sayang, kita tidak tergerak untuk membantu pembangunan masjid walaupun hanya dengan beberapa puluh ribu..

Kita mengetahui, bahwa siapa yang membantu janda dan anak yatimnya, pahalanya seperti berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang berpuasa sepanjang hari tanpa berbuka, atau orang yang sholat sepanjang malam tanpa tidur. Tapi sayang, sampai saat ini kita tidak berniat membantu seorang janda pun..

Kita mengetahui, bahwa orang yang membaca satu huruf dari Al Qur'an, baginya sepuluh kebaikan dan satu kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali. Tapi sayang, kita tidak pernah meluangkan waktu membaca Al Qur'an dalam jadwal harian kita...

Kita mengetahui, bahwa haji yang mabrur, tidak ada pahala baginya kecuali surga, dan akan diampuni dosa-dosanya sehingga kembali suci seperti saat dilahirkan oleh ibunya. Tapi sayang, kita tidak bersemangat untuk melaksanakannya, padahal kita mampu melaksanakannya..

Kita mengetahui, bahwa orang mukmin yang paling mulia adalah yang yang paling banyak sholat malam, dan bahwasanya Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya tidak pernah meremehkan sholat malam di tengah segala kesibukan dan jihad mereka. Tapi sayang kita terlalu meremehkan sholat malam..

Kita mengetahui, bahwa hari kiamat pasti terjadi, tanpa ada keraguan, dan pada hari itu Allah akan membangkitkan semua yang ada di dalam kubur. Tetapi sayang, kita tidak pernah mempersiapkan diri untuk hari itu..

Kita sering menyaksikan orang-orang yang meninggal mendahului kita, tetapi sayang, kita selalu larut dengan senda gurau dan permainan dunia seakan kita mendapat jaminan hidup selamanya dan tidak akan akan menyusul mereka..

Wahai Saudaraku yang dirahmati Allah.. Semoga kita segera merubah keadaan kita mulai detik ini, dan mempersiapkan datangnya hari perhitungan yang pasti akan kita hadapi..

Hari dimana kita mempertanggung jawabkan setiap perbuatan kita di dunia..

Hari ketika lisan kita dikunci, sedangkan mata, kaki, dan tangan kita yang menjadi saksi..

Dan pada hari itu, setiap orang akan lari dari saudaranya, ibu dan bapaknya, teman-teman dan anaknya, karena pada hari itu setiap orang akan disibukkan dengan urusannya masing-masing..


📝 Diterjemahkan oleh Ummu Sholih
Di kota Madinah
__________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar